Senin, 11 Mei 2015

TERARIUM AJANG KEKREATIFAN




          Sudah sekian banyak jenis sayuran yang kami tanam. Dan sudah sekian kali pula kami mendapatkan hasil dari jerih payah kami selama mengikuti pertanian ini. Ketlatenan dan kesabaran untuk terus merawatnya membuat kami sangat bahagia ketika waktu panen akhirnya tiba.
            Satu hari sebelum kegiatan ini dimulai, yaitu hari Selasa, kami semua mendapat tugas yang sudah dibagi secara rata. Ada yang memesan akuarium, membeli media tanam (tanah, pasir, kerikil, arang, dan mos), ada pula yang membeli tanaman- tanaman yang menjadi inti dari kegiatan ini. Tanaman- tanaman tersebut terdiri dari berbagai jenis.
            Setelah semua dipersiapkan secara matang, pada hari Rabu, 08 April 2015 kami melakukan hal yang berbeda yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Berbekal sedikit pengetahuan kami tentang terarium, rencana yang sudah dirancang beberapa minggu yang lalu ini akhirnya dapat terlaksana. 
            Terarium. Taman yang diletakkan atau dibuat di dalam akuarium. Dan agar lebih menantang dan tidak membosankan, kegiatan ini kami bungkus dengan sebuah perlombaan. Perlombaan yang diikuti oleh kami yang memilih ekskul pertanian. Hari Rabu itu, setelah kami dijelaskan sekilas konsep dan tatacara pembuatan terarium ini, kami pun dibagi menjadi 3 kelompok oleh ketua pertanian. Tiga kelompok tersebut terdiri dari 2 kelompok untuk terarium yang diisi dengan tanaman basah, yaitu kelompok jungle dan forest. Dan 1 kelompok untuk terarium yang tanamannya kering, yang dinamai desert.

Desert Group

 Forest Group

Jungle Group

            Tidak ada perselisihan ataupun perdebatan. Apapun keputusannya dan siapapun teman yang menjadi kelompok kami masing- masing adalah teman yang akan bekerja sama dalam pembuatan terarium ini hingga benar- benar tuntas. Bismillah... perlombaan pun kami mulai.
            Pertama, kami mengambil semua bahan dan alat untuk membuat terarium yang sudah dibagi merata. Setiap kelompok mengambil 1 akuarium, 1 plastik pasir, 1 plastik mos, 1 kresek arang yang sudah dibagi rata, 2 plastik kerikil putih, dan 6 jenis tanaman yang setiap kelompok juga mendapat jatah yang sama.


            Berikutnya, kami mencari tempat untuk memulai merancang ide- ide yang siap kami tuangkan untuk terarium ini. 2 kelompok memilih untuk membuatnya di halaman salah satu asrama kami. 1 kelompok terakhir lebih memilih membuat di dalam kelas. Diskusi dan aksi pun dimulai.
            Dengan menggunakan format penataan media terarium yang sudah disesuaikan, kami pun mulai merancang dengan berbagai macam ide yang kami miliki. Bahan- bahan yang sudah tersedia pun juga membuat kami harus berlatih memperkirakannya. Sehingga setiap kelompok tidak kekurangan dengan bahan yang sudah disiapkan sesuai jatah. Sambil terus bergerak, meletakkan satu per satu media tanam, kami juga terus mendiskusikan gagasan berikutnya.
Perlahan namun pasti. Tak terasa adzan maghrib berkumandang. Semua yang kami lakukan pun dihentikan, dan kami berlari menuju masjid untuk melaksanakan sholat Maghrib. Beruntung waktu pembuatan terarium hingga keesokan harinya, yaitu Kamis sore. Kami memanfaatkan dan menyelingi waktu ditengah- tengah kesibukan berbagai macam tugas untuk membuat terarium ini. Sehingga hari Kamis semua sudah siap untuk diperlihatkan kepada guru pendamping pertanian yang menjadi juri kala itu. 

Menataburkan pasir sebagai salah satu media tanam terarium

Menyiapkan arang yang merupakan salah satu media tanam

Menata tanaman di dalam terarium

Selain hasil terarium yang kami buat yang dijadikan objek penilaian, presentasi yang kami berikan juga cukup mempengaruhi pula. Kami harus menjelaskan dari berbagai sisi. Mulai dari modal pembelian bahan- bahan terarium dan untungnya jika dijual dengan harga yang kita tentukan. Termasuk sasaran penjualan. Selain itu, kita juga harus menjelaskan latar belakang desain terarium yang kami buat, termasuk apa tujuan dan maksudnya.
Ternyata tidak hanya penilaian guru. Keesokan harinya, ketiga terarium itu kami bawa menuju tempat kami semua belajar bersama seperti biasa. Semua teman yang tidak mengambil ekskul pertanian ini kami anjurkan untuk memberi satu pilihannya diantara ketiga terarium yang menurutnya paling bagus dan menarik.
Dan setelah diumumkan siapa pemenangnya oleh juri, beberapa hari setelah itu kami diberi hadiah oleh Ustadz kami.
Alhamdulillah, this activity is success..   

Jungle Group

Forest Group

Jungle Group



           
           

Audiensi Ponpes Krapyak Ali Maksum Yogyakarta (Audiensi #6)




            Di Semester kedua ini, kami kembali melakukan silaturahmi kepada OSIS di sekolah- sekolah setingkat SMA di Yogyakarta. Kali ini kami kembali menginjak Pondok Pesantren, setelah Ponpes Bin Baz dan Ibnul Qoyyim yang cukup terkenal itu juga tak kami lewatkan. Pada hari Sabtu, 7 Maret 2015, kami ber-6 mewakili Haiah Tholabah SMA Taruna Panatagama untuk melakukan audiensi ini.
Dengan maksud untuk saling mengenal dan mendapat ilmu atau pengalaman baru, kami pun juga disambut dengan sangat baik. Walaupun kami harus menunggu beberapa saat karena mereka menyiapkan ruangan untuk pertemuan kami ini, kami tidak sedikitpun merasa keberatan. Dan akhirnya tiba saatnya kami berkumpul dan bertatap muka dalam satu ruangan yang cukup besar itu.

Usai dibuka, kami pun seperti biasa memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum mereka menjelaskan kegiatan- kegiatan mereka dalam OSIS. Pertemuan perdana dengan teman- teman di Ponpes yang sudah sangat tenar dan besar ini tak sedikitpun terasa menegangkan ataupun membosankan. Obrolan kami yang santai dan tanpa didampingi guru mereka, membuat kami justru semakin saling akrab.


Mereka pun juga memberi suguhan kepada kami, berupa beberapa snack dan minum. Tak hanya itu, mereka pun juga menunjukkan karya merka berupa majalah, yang menurut informasi dari mereka majalah tersebut rutin diterbitkan setiap tahun atau setiap angkatan. Dan kami pun diberi beberapa edisi majalah mereka sebagai kenang- kenangan.


Alhamdulillah, audiensi ke-enam ini berjalan lancar dan sukses. Sebagai tanda pertemuan kami ini, kami semua berfoto bersama di depan salah satu gedung mereka.

Foto bersama Santriwati Ponpes Krapyak Ali Maksum

Perempuan Butuh Kebangkitan Pemikiran Bukan Pemberdayaan


         Di zaman modern ini, sudah sangat lazim jika melihat perempuan yang bekerja di luar rumah demi karirnya. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan uang. Levelnya pun beragam, ada yang kerja di perusahaan besar dan ada pula yang hanya menjadi buruh pabrik. Tujuan mereka bekerja tidak lain atas dasar ingin menyamakan kedudukan perempuan layaknya laki-laki. Yang kini lebih dikenal dengan isu emansipasi atau kesetaraan gender. Sosok suami yang notabene-nya bertanggung jawab dalam menafkahi anak dan istrinya, seringkali penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan pokok keluarga. Hal itulah yang mendorong sang istri untuk ikut bekerja seperti suami. Tak jarang pula sang istri merasa lebih bangga jika penghasilannya bisa menyetarai sang suami atau bahkan melebihinya.
Maka munculah istilah “empowerment” atau bisa diartikan sebagai pemberdayaan perempuan dengan sudut pandang finansial atau materi. Yang menyatakan bahwa kesetaraan perempuan dengan laki-laki bisa diraih dengan indikator uang/materi. Maka tak heran  jika segelintir perempuan rela menjadi TKW demi mengais rupiah di negeri orang. Meskipun dengan resiko harus meninggalkan suami dan anak. Tak jarang pula nasib mereka sungguh menderita.
Jika diteliti, banyak sekali permasalahan yang muncul akibat banyaknya perempuan yang bekerja diluar rumah, seperti tingginya tingkat perceraian dari tahun ke tahun, maraknya anak-anak pecandu narkoba, seks bebas dan lain sebagainya. Mengapa dampak tersebut juga menimbulkan persoalan pada anak? Itu semua disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua terutama ibu terhadap anaknya. Perempuan yang merangkap peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus berkarir acap kali lalai akan tugasnya sebagai ibu dan istri, padahal sejatinya tugas perempuan ialah mendidik generasi dan mengurus suaminya. Tak jarang ditemui perempuan yang baru saja pulang kerumahnya dari tempat ia bekerja dalam keadaan lelah. Hal ini merupakan salah satu pemicu kelalaian terhadap tanggung jawabnya didalam rumah.
Usut punya usut, gagasan “empowerment” yang berdampak besar tersebut didukung oleh pemerintah. Dengan bukti dibentuknya Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Yang beranggapan bahwa perempuan bisa berdaya jika dapat menghasilkan finansial layaknya kaum pria. Padahal sejatinya hal tersebut menimbulkan kontradiksi dengan kodrat perempuan itu sendiri. Yang berperan sebagai ummun warobatul baitatau pengurus rumah tangga dan pendidik generasi. Bahkan bila ditelusur pada fakta sejarah, RA Kartini yang sering dijadikan ikon pemberdayaan perempuan, tidak melalui jalan ini dalam kehidupannya.
            Oleh sebab itu, “empowerment” tidak bisa dijadikan parameter kesejahteraan perempuan. Finansialyang dihasilkan dari perempuan yang bekerja justru tidak membuat perempuan menjadi bangkit. Bahkan kondisinya semakin terpuruk. Maka kebangkitan lah yang harus dilakukan perempuan agar perempuan benar-benar bisa dikatakan berhasil karena kembali kepada fitrahnya sebagai ibu. Kebangkitan ini berupa kebangkitan pemikiran.Yaitu saat perempuan merenungkan dan menemukan hakikat hidup di dunia ini secara benar.Hakikat hidup ini berupa kesadaran akan asal, tujuan dan akan kemana manusia dan kehidupan ini.
            Bagi yang berfikir rasional maka akan sampai pada kesadaran bahwa kehidupannya berasal dari Pencipta dan tujuan hidup di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Sang Khaliq. Ibadah di sini mencakup makna yang luas, yakni menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Tak hanya sebatas menjalankan ibadah ritual belaka. Tetapi juga memahami bahwa semua perbuatannya diselaraskan dengan aturan dari Sang Khaliq.Sehingga seluruh langkah yang dilakukan tetap berada dalam koridor-Nya.
            Perempuan dan laki-laki diciptakan tidak ada perbedaan. Keduanya memiliki derajat yang sama di hadapan Sang Khaliq, hanya ketaqwaanlah yang membedakan keduanya. Laki-laki dan perempuan mempunyai kewajiban yang sama dalam hal ibadah ritual, menuntut ilmu,dakwah, dan lain sebagainya. Terlepas dari itu, laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam ber-mu’amalat seperti Jual-Beli, dan Aqad-Aqad (perjanjian) lainnya. Akan tetapi, menjadi berbeda jika hukum yang ditetapkan khusus bagi salah satu dari keduanya.
            Lantas bagaimana kita menyikapi berbagai fenomena kehidupan yang ada saat ini?  Saat ini marak gagasansebagaimana yang diyakini sebagiankaum feminis yang menyatakan bahwa perempuan yang hanya menjadi ibu rumah tangga dianggap tidak produktifdan mengekang. Hal ini berbeda jika dilihat dari perspektif Islam. Islam justru memandangnya sebagai hal yang mulia dan menjanjikan pahala yang besar pada sosok ibu.
            Meskipun peran ibu merupakan kewajiban utama namun Islammengijinkan perempuan memiliki peran yang luas. Islam masih membolehkan perempuan bekerja karena hukum asalnya mubah(boleh), berkontribusi di tengah masyarakat, dan lain-lain. Tak hanya mengurusi rumah tangga saja. Perempuan semestinya sadar akan perannya yang mulia ini. Hanya saja kemuliaan ini akan tercapai jika didahului dengan langkah awal menuju kebangkitanhakiki, berupa kebangkitan pemikiran.
Oleh karena itu kami santri putri Pondok Pesantren Taruna Panatagama menyatakan bahwa :
1.      Mengkritisi dan menolak dengan tegas menjadikan gagasan pemberdayaan perempuan sebagai solusi persoalan perempuan.
2.      Berupaya mewujudkan kebangkitan yang hakiki bagi perempuan yaitu melalui kebangkitan pemikiran. Yaitu kesadaran akan asal, tujuan dan akan kemana kehidupan ini.
3.      Menyerukan kepada segenap pihak, khususnya perempuan, untuk menjadikan kebangkitan pemikiran sebagai langkah awal bagi penyelesaian persoalan perempuan.
4.      Mengajak kepada segenap pihak untuk menjadikan ketentuan syariat Sang Khaliq sebagai solusi tuntas persoalan kehidupan, salah satunya persoalan perempuan.
            Semoga Allah SWT selalu bersama sama dalam setiap langkah kehidupan kita.
Pemberdayaan Menindas Wanita

Perempuan Mulia dengan Kebangkitan Pemikiran Bukan dengan Pemberdayaan
Wanita butuh Kebangkitan Pemikiran


Sanpi kelas 9, 10, dan 11 mengadakan aksi di bundaran UGM


Penyebar nasyroh terjun di jalanan untuk menyampaikan opini

 

Blogger news

Blogroll

About