Bagi
kami, adanya green house merupakan salah satu sarana untuk mendorong kami
peduli akan tanaman dan alam sekitar. Dari green house pula, kami juga mampu
mengembangkan hoby kami untuk menanam dan merawat tanaman, baik sayuran,
buah-buahan, bunga, dan lain sebagainya. Green house pula membuat kami semakin
mencintai tanaman, dan dapat melakukan berbagai penelitian tanaman didalamnya.
Berbagai inspirasi juga kami temukan darinya. Apalagi banyak dari kami yang
ingin sekali menjadi seorang ahli botani, herbalis, dan peneliti berbagai jenis
tanaman. Dan akhirnya,
sebuah Project Sains di pertengahan Semester kedua akhirnya berhasil
dieksekusi. Salah satu project Sains
yang melibatkan banyak pihak ini, berhasil kami selesaikan pada bulan Juni
2014. Pembuatan Green House yang benar-benar hasil karya tangan-tangan kami
sendiri memang membuat rasa kebahagian dan kebanggaan tersendiri. Pembuatannya
pun membutuhkan persiapan yang sangatlah matang.
Mulai dari
tahap yang paling utama, yaitu menyiapkan dana pembangunan, mendesain bentuk
green huose, merencanakan segala alat dan bahan yang dibutuhkan, juga membagi
tugas secara merata. Selanjutanya adalah tahap aksi, yang membutuhkan kerjasama
yang kompak serta kekuatan fisik dan mental yang harus bisa diandalkan.
Hari
pertama pembuatan green house, semua santri dikerahkan untuk membersihkan lahan
yang akan digunakan. Rumput-rumput ilalang dimusnahkan. Sampah-sampah yang
berserakan disapu dan dibakar hingga tak bersisa. Debu-debu yang bertebaran
beberapa kali kami siram dengan air agar tidak semakin menjadi-jadi. Kekompakan
itu membuahkan hasil. Walaupun sesekali, beberapa santri yang mungkin masih
terbawa sifat keanak-kanaknya belum bisa diajak kerjasama sepenuhnya. Kami
memaklumi itu. Namun, dalam seharian penuh itu, tampaklah perbedaan antara
lahan yang sebelumnya tak terurus dengan usai kami bersihkan.
(2)Hari kedua,
beberapa santri mendapat tugas untuk memesan bambu yang merupakan bahan utama
kerangka pembuatan green house kali ini. Sedangkan yang lain masih terus
melanjutkan pekerjaan di lahan. Dan setelah itu, mulai mengakhirkan pembersihan
lahan hingga sempurna, yang kemudian dilanjutkan pembuatan lubang-lubang yang
akan digunakan sebagai pondasi tiang-tiang bambu utama green house.
Kedalaman
lubang yang mencapai 50 cm atau 0,5 meter itu membuat tenaga kami terkuras
lumayan banyak. Sehingga, semua santri memang benar-benar terlibat untuk
bergliran membuat lubang pondasi. Ditambah pula lubang yang dibuat berjumlah
sekitar 21 lubang, yang terdiri dari 12 lubang untuk bagian lorong green house,
dan 9 lubang untuk bagian ruangan green house yang berbentuk persegi dibagian
belakangnya. Sehingga hari itu juga, pembuatan lubang pondasi terselesaikan
dengan sempurna.
Hari itu, setelah pagi harinya puluhan bambu telah berhasil dipesan, siangnya pun diantar dengan mengguankan sebuah
mobil bak menuju lokasi green house langsung. Dan untuk mempersingkat waktu,
usai istirahat, sholat, dan makan siang, bambu-bambu tersebut mulai dirancang sebelum dipendam didalam tanah yang sudah kami gali dengan sekuat
tenaga itu.
Awalnya,
bagian ujung atas bambu dipahat menjadi sebuah lubang yang memanjang dari ujung
menuju tengah bambu, yang ukurannya hanya sekitar 10 cm. Bambu yang akan ditancapkan ditengah dan
dipojok ruangan dibedakan. Bambu untuk dipojok ruangan hanya dilubangi pada
salah satu sisi saja, yang kemudian akan dihadapkan kearah bambu-bambu yang
berjajar didiepannya.
Alat yang
digunakan untuk melakukan berbagai pekerjaan itu, tidak semua kami memilikinya.
Sehingga dengan dasar keberanian, beberapa dari kami meminjam alat-alat yang
dibutuhkan kepada warga sekitar. Seperti pahat, cangkul, golok, gergaji, linggis,
dan palu.
Bambu tersebut
terdiri dari dua jenis ukuran, yaitu 3,5 meter, 3 meter dan 2,5 meter. Sehingga
ketika nantinya akan dipendam didalam tanah, masing-masing menjadi 3 meter, 2,5
meter dan 2 meter. Usai penambahan lubang dibagian ujung atas bambu, maka bambu-
bambu tersebut mulai kami pendam dalam lubang yang sudah kami buat sebelumnya.
Tanah-tanah yang terkumpul dari galian lubang, digunakan kembali untuk mengubur
bambu hingga setengah meter. Untuk menguatkan bambu yang dipendam dalam tanah tersebut, maka ditambahkan
dengan beberapa batu besar.
Perbedaan
ukuran bambu diatas, dikarenakan bambu yang lebih panjang digunakan untuk
bagian tengah green house yang dimaksudkan untuk atap green house agar menjadi
landai antara bagian tengah dengan kanan kirinya. Sehingga ketika hujan turun,
air yang jatuh ke atap bisa turun ke tanah.
(3) Di hari
berikutnya, hari ketiga semangat kami semakin berkobar. Tugas dihari itu adalah
meletakkan bambu kerangka badan sekaligus atap green house yang utama setelah
tiang-tiang bambu yang besar-besar itu. Pekerjaan kali ini benar-benar
menantang kekompakan dan kecerdasan dalam menggunakan strategi yang tepat. Kami
semua dikerahkan untuk membantu pekerjaan ini. Semua berjajar rapi dan mulai
menggotong bambu yang panjangnya sekitar 7 meter itu. Beberapa ustadz yang
sejak hari-hari sebelumnya menemani kami pun, juga ikut turun tangan dalam
pekerjaan yang satu ini.
Beratnya
sambungan beberapa bambu tersebut membuat kebanyakan dari kami mengangkat dari
satu ujung bambu, ke ujung yang lain. Dua santri menaiki tangga yang diletakkan
di tiang paling ujung batas dalam dan luar green house. Tugas mereka berdua
adalah memastikan bambu yang akan diangkat bisa diletakkan tepat di ujung atas
tiang. Dan yang lain ditengah-tengah menahan bambu yang akan diangkat agar
tidak terjatuh atau patah karena banyaknya sambungan-sambungan dengan
tali.
Tugas selanjutnya
adalah membelah-belah bambu menjadi belahan yang ukuran lebarnya kurang
lebih 5 cm. Dan panjangnya terdapat 2 jenis pula. Yang lebih pendek
berukuran kurang lebih 2,5 meter
untuk atap lorong green house, dan yang berukuran 5 meter
untuk ruangan dalam green house. Belahan bambu-bambu tersebut digunakan sebagai
kerangka atap green house, sebelum diberi plastik UV (Ultra Violet).
Setelah
direncanakn secara matang, dua orang santri ditugaskan untuk membeli plastik UV
di toko plastik. Pembelian plastik UV tersebut sudah diperkirakan dengan
ukuran-ukuran yang sudah ditentukan, seperti 2×7 meter sebanyak
2 untuk bagian sisi kanan dan kiri lorong green house, ukuran 2,5×5
meter sebanyak 2 juga untuk
bagian ruangan dalam green house. Begitu pula untuk bagian atap dan pintu green
house, yang juga seluruhnya dibalut dengan plastik UV tersebut.
Cukup lama
waktu yang diperlukan untuk membeli plastik UV. Berbagai hambatan didapatkan
santri yang diberi tugas tersebut. Mulai toko yang belum sempurna diketahui
lokasinya, beberapa jalan tanpa diketahui ditutup dan dialihkan, serta
mensurvey dua toko yang menjual plastik UV sehingga bisa diketahui mana yang
lebih murah dan lebih baik kualitasnya. Ditambah pula fakta bahwasannya lebar
plastik yang yang terjual di toko plastik itu, tidak seperti yang kami rencanakan.
Dan diluar dugaan kami, ternyata plastik yang kami beli sangatlah banyak, dan
tak mampu dibawa oleh santri yang ditugaskan untuk beli karena hanya 2 orang. Tetapi
keberuntungan memang sedang berpihak pada kami, salah satu karyawan di toko
plastik tersebut mau mengantarkan plastik UV yang berat dan banyaknya tak
pernah kami kira sebelumnya.
Ketika
sore hari datang, kedua santri yang ditugaskan tersebut juga datang dengan
membawa setumpuk plastik UV di jok tengah motor, dan membawa seorang karyawan
dengan beberapa tumpuk plastik UV pula yang diletakkan di depan dan
belakangnya.
Semua
bersorak melihat keduanya datang membawa bahan utama pembuatan green house yang
sejak tadi dinantikan. Bahan utama green house yang harganya sangat spesial.
Lebih dari dua juta lima ratus ribu.
(4) Hari
keempat, pemasangan plastik UV dilanjutkan kembali. Semua bagian dinding green
house diselimuti dengan plastik UV yang sudah dibeli kemarin siangnya. Pertama
kali yang dipasang adalah bagian atap green house. Beberapa dari kami memanjat
tangga bambu untuk memastikan pemasangan plastik tersebut tidak miring ataupun salah
pemasangan. Setelah bagian atap, ada yang memasang di bagian kanan lorong green
house, ada yang disebelah kirinya. Ada pula yang memasang dinding bagian
belakang green hose, bagian pintu, bagian ruang dalam green house, dan sisi
belokan green hose yang berbentuk huruf “L”.
Semua
bekerja sama, dan tak ada yang menganggur serta bersantai-santai begitu saja.
Hingga waktu siang tiba, kebanyakan memilih pulang ke asrama untuk beristirahat
sejenak, makan, dan sholat dzuhur. Namun tak sedikit santri pula yang memilih
untuk makan bersama, seadanya di latar depan calon green house kami itu.
(5) Di
hari berikutnya, kami memasuki tahap finishing. Mulai dari mengelem plastik UV
yang dipasang di dinding green house, memaku
bagian ujung-ujung atap green house, dan menyiram
tanah green house agar tidak berdebu,dan berbagai pekerjaan yang lainnya.
Hari demi hari berlalu. Banyak kesibukan yang harus
kami kerjakan setiap harinya. Dan di akhir pembuatan green house tersbut, kami
harus segera berkonsentrasi memikirkan UAS. Dan sayangnya, setelah Ujian Akhir
Semester tersebut telah telewati, liburan pun datang. Kami semua pulang kampung,
dan semua berakhir dengan cukup mengenaskan. Green house itu sempat tidak terurus beberapa waktu. Sekitar satu bulan berlalu, green
house itu tidak kami urus.
Dan akhirnya, setelah mulai KBM, dan ketika AKPIS
pertanian sudah dimulai, green house akhirnya terurus kembali oleh tangan-tangan kami. Lahan dibersihkan, benih-benih
disemaikan dalam ember-ember, tanah dibuat gundukan-gundukan yang memanjag
untuk ditanami berbagai macam sayuran, lahan disiram dengan air agar tidak
berdebu, dan lain sebagainya.