Sabtu, 20 Desember 2014

Keripik Bayam Raksasa (Panen Raya #part 1)



                Tanggal 28 Oktober 2014, ketika santri berlibur MID Semester pertama, beberapa santri yang berasal dari Jogja, ataupun yang rumahnya jauh di luar pulau Jawa memilih tidak pulang. Mereka diberi amanah untuk menyiram dan mengurus green house selama sekitar 2 minggu.
                Dan dua hari setelah semua santri pulang ke kampung masing-masing, para santri yang mengurus green house kali itu berkeinginan untuk memanen sayur-sayuran, ketika melihat sayur-sayuran tersebut nampak sudah sangat besar. Pagi hari, setelah semua berkumpul, mereka pun mulai mengambil alat pemotong, seperti gunting, pisau, dan ember yang digunakan untuk tempat menyimpan  sayur-sayuran yang segar itu.
Bayam merah yang begitu besar dan segar

Sayur-sayuran ditanam didalam Green House Santri Putri

                Mulai dari bayam hijau, bayam merah, sawi, dan kangkung. Semua dipotong dan terkumpul dengan jumlah yang lumayan banyak. Yang menjadi kelebihan dari hasil panen ini, semua sayur-sayuran tersebut tidak sedikitpun diberi pestisida, sehingga kebersihan, kesehatan, dan keamanannya terjaga. Walau begitu, pertumbuhan sayur-sayuran tersebut juga tidak bisa dibilang jika membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Kangkung


Sawi hijau
Bayam merah
Bayam hijau
                Pada awalnya, mereka berencana untuk menjual hasil panen tersebut. Namun karena satu dan lain hal, akhirnaya mereka memutuskan untuk memasak sebagian sayuran tersebut, dan sebagian diberikan kepada beberapa ustadz/ustadzah yang menyukai dengan sayur-sayuran. Semua jenis sayuran yang mereka panen, dibawa menuju asrama yang terdekat dengan lokasi green house, yaitu asrama blok o. Disana mereka memetik-metik semua sayuran, yang kemudian  sebagian besar dimasukkan kedalam kulkas untuk diawetkan agar bisa dimasak di hari yang lain.
                Dan disore harinya, mereka berinisiatif untuk membuat keripik bayam, baik yang hijau maupun yang merah. Ide ini pun juga dibantu oleh Umi Aini, yang kebetulan sedang ada waktu membantu mereka dirumah. Setelah adonan tepung, dan lain sebagainya telah siap, maka mereka pun mulai beraksi untuk menggoreng keripik bayam.
                Cukup memakan waktu lama untuk menggoreng keripik tersebut. Karena menggorengnya bayam satu per satu helai. Namun hasilnya pun juga memuaskan. Selain rasanya yang unik, bergizi banyak, ukurannya yang besar pun membuat siapapun yang menikmati pasti akan ketagihan. Selain itu, keripik bayam tersebut juga diberikan ke banyak ustadz/ustadzah, baik yang mengajar pertanian maupun tidak.
                Panen pertama kalinya itu menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan bagi para santri yang mengikuti AKPIS pertanian.    


Panen Green House oleh santri putri yang tidak pulang liburan

Selasa, 16 Desember 2014

Bayam Berjuta Rasa (Panen Raya #part2)


                Usai panen yang pertama terlewatkan di akhir bulan Oktober, akhirnya setelah melewati sekitar 2 minggu, di tanggal 14 November para santri yang mengikuti AKPIS pertanian akhirnya panen kembali untuk yang kedua kalinya. Walaupun sebelumnya, kami juga sempat panen sedikit kangkung dan bayam yang hanya kami nikmati kecil-kecilan.
Bayam dan sayuran yang lain tidak pernah menggunakan pestisida

sayur-sayuran ditanam diatas gundukan-gundukan tanah


                Di hari Jum’at itu, para santri dibagi 2 tugas. Ada yang di dalam green house,  dan yang lain di dapur untuk memasak semua hasil panen menjadi berbagai macam masakan. Panen sayur-sayuran tidak membutuhkan waktu yang lama. Seusai sawi, bayam merah, dan bayam hijau sudah terkumpul, semua segera dibawa menuju dapur asrama blok o. Teman-teman yang ditugaskan untuk memasak sudah bersiap untuk menyulap semua sayuran tersebut menjadi berbagai jenis masakan.




           


     Sedangkan, santri yang ditugaskan di dalam green house, mereka juga melakukan berbagai pekerjaan. Mulai dari membersihkan dalam dan luar green house, membetulakan atap yang bocor karena hujan yang begitu deras, juga membersihkan gulma yang tumbuh subur disekeliling tumbuhan yang kami tanam. Selain itu, karena sayuran yang dipanen hampir keseluruhan, maka kami memulaiuntuk menanam tumbuhan yang perlu diperbarui atau ingin kami ganti. Di gundukan tanah yang awalnya kami tanami bayam, kangkung, selada, dan bayam, maka setelah itu kami menanam tomat.
    Bibit yang sudah disemaikan sejak beberapa hari yang lalu, akhirnya hari itu mulai kami pindahkan di gundukan tanah yang memanjang, yang jumlahnya pun cukup banyak. Tomat yang ditanam tidak boleh terlalu berdekatan, agar ketika sudah tumbuh besar tidak menghambat pertumbuhannya karena media yang terlalu sempit.
Hasil panen yang akan dimasak
     Hal yang sangat menarik dihari itu adalah berbagai masakan yang dibuat oleh beberapa teman kami cukup menakjubkan. Dari satu jenis sayuran yang dipanen, yaitu bayam, berbagai bentuk makanan telah dibuat oleh beberapa teman-teman kami yang sepertinya memang sangat ahli dalam bidang masak-memasak.
      Dari hasil panen tersbut, teman-teman kami memang memiliki ide yang sangat kreatif untuk mengolah bayam menjadi makanan yang enak, gurih, manis, asin, dan yang pasti bergizi tinggi. Semuanya memang benar-benar berbahan utama bayam segar. Bayam yang tidak sedikitpun menggunakan pestisida. Dan yang terjaga kebersihan dan kesehatannya.
 Masakan pertama yang paling simpel adalah pecel bumbu kacang. Kemudian seperti yang sebelumnya, bayam hijau itu dibuat keripik yang rasanya begitu renyah dan enak. Bentuknya lebar yang benar-benar mengikuti bentuk bayam seperti aslinya. Selain keripik, bayam hijau itu juga diblender dan dicampur dengan adonan tertentu untuk dijadikan stik, yang rasanya pun tak kalah renyah. Ide berikutnya adalah bakso bayam. Walaupun tanpa daging sapi layaknya bakso seperti biasanya, namun rasa bakso bayam juga tak kalah enaknya. Dan yang terakhir adalah masakan yang paling menarik dan banyak yang meminatinya. Bolu bayam. Bolu yang sangat padat, yang rasa manisnya pas. Tidak lebih dan tidak kurang. Bahkan, saking padatnya, bolu itu bisa dikatakanseperti brownis yang berwarna hijau.
Walaupun semua yang terjadi pada saat itu tidak diabadikan dengan jepretan-jepretan kamera, namun pengalaman itu akan kami kenang selalu. Forever...

CACATAN KRONOLOGIS AKPIS PERTANIAN SANTRI PUTRI PANATAGAMA

Hari  Selasa, 26 Agustus 2014
AKPIS Pertanian di Green House dimulai pertama kalinya. Dihari ini, pemilihan struktur pengurus pertanian dibagi. Mulai dari Ketua, Bendahara, dan Notulen/Sekretaris. Setelah pembagian usai, dimulailah pembagian tugas yang akan dilaksanakan pada hari itu, yaitu membersihkan bagian dalam Green House, membersihkan halaman luar Green House dan menyiapkan saluran air yang akan digunakan untuk menyiram tanaman didalam Green House setiap harinya.
Hari  Jum’at, 29 Agustus 2014
Hari kedua dari AKPIS pertanian ini masih dilanjutkan untuk membersihkan Green House kembali. Kegiatan ini berlangsung hingga adzan Maghrib berkumandang. Dan dihari ini semua sudut Green House telah bersih, sehingga dihari berikutnya aktivitas  menanam sudah dapat dimulai.
Hari Selasa, 02 September 2014
Para santri mulai menggemburkan tanah di dalam Greeen House  yang akan digunakan sebagai lahan penanaman. Mereka membuat semacam gundukan tanah yang terdiri dari beberapa baris dengan cara menggali tanah disebelahnya. Dan penggemburan tanah ini juga  dilakukan dengan proses penyiraman. Penyiraman juga dimaksudkan agar debu tanah didalam Green House tidak bertebaran kemana-mana, dan tidak menghalangi proses penanaman.
Dihari ini pula, beberapa santri ditugaskan untuk membeli berbagai macam peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pertanian. Mulai dari membeli cangkul, sekop, tong penyimpan air, berbagai macam pupuk, dan lain sebagainya. 
Hari Jum’at, 05 September 2014
Dihari ini, penanaman sudah dimulai. Berbagai benih tanaman sayuran mulai ditanam dalam ember-ember hitam. Proses ini biasa disebut pembibitan tanaman. Kebanyakan jenis tanaman yang ditanam adalah sayur-sayuran. Mulai dari sawi, bayam hijau, bayam merah, selada, kangkung, buah naga, dan lain sebagainya.
Tak hanya itu saja. Agar berbagai tugas bisa segera terselesaikan, ada pula santri yang diminta untuk menata batu-batu sungai yang sudah dibeli beberapa waktu yang lalu. Tujuan dari penataan batu di dalam Green House ini adalah untuk meminimalisir adanya debu yang terus bertebaran ketika aktivitas pertanian dilakukan.


Hari Selasa, 10 September 2014
Pemberian materi yang pertama kali dilakukan pada pertemuan yang kelima ini.  Materi yang diberikan adalah terkait urutan dalam proses pertumbuhan tanaman dan tips-tips perawatan tanaman yang baik. Pemberian materi tersebut disampaikan oleh salah satu guru pembimbing pertanian.
Pemberian materi tidaklah berlangsung lama. Para santri segera melakukan aktivitas yang lain. Karena beberapa macam benih sayuran yang sudah dibibitkan pada hari Jum’at sudah siap ditanam, maka sayuran tersebut mulai dipindahkan ke tanah yang sudah disediakan dengan gundukan-gundukan yang rapi itu.
Hari Jum’at, 12 September 2014
Hari itu, mayoritas santri yang mengikuti pertanian sedang melakukan Longmarch ke pantai Greweng. Sehingga  AKPIS pertanian ini untuk sementara dikosongkan.
Hari Selasa, 16 September 2014
Menanam benih yang sudah siap tanam. Mulai dari bayam, kangkung, sawi, cabe, dan selada. Dikarenakan Kelas 9 ke Suroloyo, sehingga yang melaksankan AKPIS pertanian hanya  santri kelas 10, 11 SMA.
Hari Jum’at, 19 September 2014
Di hari ini, kami cukup kecewa.Tanaman yang kami tanam, hampir semua dimakan ayam. Terutama kangkung, dan sawi, hampir tak tersisa. Di hari itu pula, beberapa santri diberi tugas untuk membeli paranet dan bagor atau penyiram. Paranet itu akan digunakan untuk menutup bagian belakang green house yang awalnya terbuka agar tidak lagi dimasuki oleh ayam. Dan yang lain meratakan tanah bagian depan, serta membuat gundukan lagi disebelah kiri untuk menambah media tanam sayuran.
Hari Selasa, 23 September 2014
Agenda dihari itu adalah menanam sayur kangkung, cabe, bayam digundukan yang baru. Selain itu, benih kangkung yang sudah siap ditanam, beberapa dipindahkan ke dalam polybag kecil, kemudian ditata disisi kanan dan kiri Green House.
Hari Jum’at, 26 September 2014
Hari Jum’at yang ke lima ini para santri melakukan pengecatan bambu. Beberapa santri diminta untuk membeli cat khusus untuk kayu beserta tiner dan kuasnya. Pengecatan ini dilakukan karena terdapat beberapa hewan pengganggu atau hama yang memakan bambu-bambu Green House. Selain melakuakan pengecatan, beberapa santri juga memperbaiki plastik yang menyelimuti Green House. Ada yang mengeklip bagian bawah plastik Green House yang memang sengaja dilipat karena terlalu panjang. Ada pula yang memperbaiki selang yang digunakan sebagai saluran air untuk penyiraman tanaman di Green House.



Hari Selasa, 30 September 2014
Dihari ini pengecatan masiih terus dilanjutkan. Dengan cat yang berwarna hijau mengkilat itu, para santri harus benar-benar berhati-hati agar tidak mengenai pakaian. Seiring berjalannya waktu, benih yang sedang disemaikan terus bertambah. Sehingga penanaman terus dilakukan di gundukan-gundukan tanah. Selain itu untuk meramaikan Green House dengan tanaman-tanaman hijau yang segar,maka penanaman didalam polybag juga diperbanyak. Mulai dari bayam,kangkung, dan cabe.
dst...

Our Green House is Our Inspiration



                Bagi kami, adanya green house merupakan salah satu sarana untuk mendorong kami peduli akan tanaman dan alam sekitar. Dari green house pula, kami juga mampu mengembangkan hoby kami untuk menanam dan merawat tanaman, baik sayuran, buah-buahan, bunga, dan lain sebagainya. Green house pula membuat kami semakin mencintai tanaman, dan dapat melakukan berbagai penelitian tanaman didalamnya. Berbagai inspirasi juga kami temukan darinya. Apalagi banyak dari kami yang ingin sekali menjadi seorang ahli botani, herbalis, dan peneliti berbagai jenis tanaman.                                                                                             Dan akhirnya, sebuah Project Sains di pertengahan Semester kedua akhirnya berhasil dieksekusi. Salah satu project  Sains yang melibatkan banyak pihak ini, berhasil kami selesaikan pada bulan Juni 2014. Pembuatan Green House yang benar-benar hasil karya tangan-tangan kami sendiri memang membuat rasa kebahagian dan kebanggaan tersendiri. Pembuatannya pun membutuhkan persiapan yang sangatlah matang.
Mulai dari tahap yang paling utama, yaitu menyiapkan dana pembangunan, mendesain bentuk green huose, merencanakan segala alat dan bahan yang dibutuhkan, juga membagi tugas secara merata. Selanjutanya adalah tahap aksi, yang membutuhkan kerjasama yang kompak serta kekuatan fisik dan mental yang harus bisa diandalkan.                                                            
Hari pertama pembuatan green house, semua santri dikerahkan untuk membersihkan lahan yang akan digunakan. Rumput-rumput ilalang dimusnahkan. Sampah-sampah yang berserakan disapu dan dibakar hingga tak bersisa. Debu-debu yang bertebaran beberapa kali kami siram dengan air agar tidak semakin menjadi-jadi. Kekompakan itu membuahkan hasil. Walaupun sesekali, beberapa santri yang mungkin masih terbawa sifat keanak-kanaknya belum bisa diajak kerjasama sepenuhnya. Kami memaklumi itu. Namun, dalam seharian penuh itu, tampaklah perbedaan antara lahan yang sebelumnya tak terurus dengan usai kami bersihkan. 
(2)Hari kedua, beberapa santri mendapat tugas untuk memesan bambu yang merupakan bahan utama kerangka pembuatan green house kali ini. Sedangkan yang lain masih terus melanjutkan pekerjaan di lahan. Dan setelah itu, mulai mengakhirkan pembersihan lahan hingga sempurna, yang kemudian dilanjutkan pembuatan lubang-lubang yang akan digunakan sebagai pondasi tiang-tiang bambu utama green house.
Kedalaman lubang yang mencapai 50 cm atau 0,5 meter itu membuat tenaga kami terkuras lumayan banyak. Sehingga, semua santri memang benar-benar terlibat untuk bergliran membuat lubang pondasi. Ditambah pula lubang yang dibuat berjumlah sekitar 21 lubang, yang terdiri dari 12 lubang untuk bagian lorong green house, dan 9 lubang untuk bagian ruangan green house yang berbentuk persegi dibagian belakangnya. Sehingga hari itu juga, pembuatan lubang pondasi terselesaikan dengan sempurna.
 Hari itu, setelah pagi harinya puluhan bambu telah berhasil dipesan, siangnya pun diantar dengan mengguankan sebuah mobil bak menuju lokasi green house langsung. Dan untuk mempersingkat waktu, usai istirahat, sholat, dan makan siang, bambu-bambu tersebut mulai dirancang sebelum dipendam didalam tanah yang sudah kami gali dengan sekuat tenaga itu.
Awalnya, bagian ujung atas bambu dipahat menjadi sebuah lubang yang memanjang dari ujung menuju tengah bambu, yang ukurannya hanya sekitar 10 cm. Bambu yang akan ditancapkan ditengah dan dipojok ruangan dibedakan. Bambu untuk dipojok ruangan hanya dilubangi pada salah satu sisi saja, yang kemudian akan dihadapkan kearah bambu-bambu yang berjajar didiepannya.
Alat yang digunakan untuk melakukan berbagai pekerjaan itu, tidak semua kami memilikinya. Sehingga dengan dasar keberanian, beberapa dari kami meminjam alat-alat yang dibutuhkan kepada warga sekitar. Seperti pahat, cangkul, golok, gergaji, linggis, dan palu.  
Bambu tersebut terdiri dari dua jenis ukuran, yaitu 3,5 meter, 3 meter dan 2,5 meter. Sehingga ketika nantinya akan dipendam didalam tanah, masing-masing menjadi 3 meter, 2,5 meter dan 2 meter. Usai penambahan lubang dibagian ujung atas bambu, maka bambu- bambu tersebut mulai kami pendam dalam lubang yang sudah kami buat sebelumnya. Tanah-tanah yang terkumpul dari galian lubang, digunakan kembali untuk mengubur bambu hingga setengah meter. Untuk menguatkan bambu yang dipendam dalam tanah tersebut, maka ditambahkan dengan beberapa batu besar.
Perbedaan ukuran bambu diatas, dikarenakan bambu yang lebih panjang digunakan untuk bagian tengah green house yang dimaksudkan untuk atap green house agar menjadi landai antara bagian tengah dengan kanan kirinya. Sehingga ketika hujan turun, air yang jatuh ke atap bisa turun ke tanah.  
(3) Di hari berikutnya, hari ketiga semangat kami semakin berkobar. Tugas dihari itu adalah meletakkan bambu kerangka badan sekaligus atap green house yang utama setelah tiang-tiang bambu yang besar-besar itu. Pekerjaan kali ini benar-benar menantang kekompakan dan kecerdasan dalam menggunakan strategi yang tepat. Kami semua dikerahkan untuk membantu pekerjaan ini. Semua berjajar rapi dan mulai menggotong bambu yang panjangnya sekitar 7 meter itu. Beberapa ustadz yang sejak hari-hari sebelumnya menemani kami pun, juga ikut turun tangan dalam pekerjaan yang satu ini.
Beratnya sambungan beberapa bambu tersebut membuat kebanyakan dari kami mengangkat dari satu ujung bambu, ke ujung yang lain. Dua santri menaiki tangga yang diletakkan di tiang paling ujung batas dalam dan luar green house. Tugas mereka berdua adalah memastikan bambu yang akan diangkat bisa diletakkan tepat di ujung atas tiang. Dan yang lain ditengah-tengah menahan bambu yang akan diangkat agar tidak terjatuh atau patah karena banyaknya sambungan-sambungan dengan tali.   
Tugas selanjutnya adalah membelah-belah bambu menjadi belahan yang ukuran lebarnya  kurang lebih 5 cm. Dan panjangnya terdapat 2 jenis pula. Yang lebih pendek berukuran kurang lebih 2,5 meter untuk atap lorong green house, dan yang berukuran 5 meter untuk ruangan dalam green house. Belahan bambu-bambu tersebut digunakan sebagai kerangka atap green house, sebelum diberi plastik UV (Ultra Violet).
Setelah direncanakn secara matang, dua orang santri ditugaskan untuk membeli plastik UV di toko plastik. Pembelian plastik UV tersebut sudah diperkirakan dengan ukuran-ukuran yang sudah ditentukan, seperti 2×7 meter sebanyak 2 untuk bagian sisi kanan dan kiri lorong green house, ukuran 2,5×5 meter sebanyak 2 juga untuk bagian ruangan dalam green house. Begitu pula untuk bagian atap dan pintu green house, yang juga seluruhnya dibalut dengan plastik UV tersebut.
Cukup lama waktu yang diperlukan untuk membeli plastik UV. Berbagai hambatan didapatkan santri yang diberi tugas tersebut. Mulai toko yang belum sempurna diketahui lokasinya, beberapa jalan tanpa diketahui ditutup dan dialihkan, serta mensurvey dua toko yang menjual plastik UV sehingga bisa diketahui mana yang lebih murah dan lebih baik kualitasnya. Ditambah pula fakta bahwasannya lebar plastik yang yang terjual di toko plastik itu, tidak seperti yang kami rencanakan. Dan diluar dugaan kami, ternyata plastik yang kami beli sangatlah banyak, dan tak mampu dibawa oleh santri yang ditugaskan untuk beli karena hanya 2 orang. Tetapi keberuntungan memang sedang berpihak pada kami, salah satu karyawan di toko plastik tersebut mau mengantarkan plastik UV yang berat dan banyaknya tak pernah kami kira sebelumnya.
Ketika sore hari datang, kedua santri yang ditugaskan tersebut juga datang dengan membawa setumpuk plastik UV di jok tengah motor, dan membawa seorang karyawan dengan beberapa tumpuk plastik UV pula yang diletakkan di depan dan belakangnya.
Semua bersorak melihat keduanya datang membawa bahan utama pembuatan green house yang sejak tadi dinantikan. Bahan utama green house yang harganya sangat spesial. Lebih dari dua juta lima ratus ribu. 
(4) Hari keempat, pemasangan plastik UV dilanjutkan kembali. Semua bagian dinding green house diselimuti dengan plastik UV yang sudah dibeli kemarin siangnya. Pertama kali yang dipasang adalah bagian atap green house. Beberapa dari kami memanjat tangga bambu untuk memastikan pemasangan plastik tersebut tidak miring ataupun salah pemasangan. Setelah bagian atap, ada yang memasang di bagian kanan lorong green house, ada yang disebelah kirinya. Ada pula yang memasang dinding bagian belakang green hose, bagian pintu, bagian ruang dalam green house, dan sisi belokan green hose yang berbentuk huruf “L”.
Semua bekerja sama, dan tak ada yang menganggur serta bersantai-santai begitu saja. Hingga waktu siang tiba, kebanyakan memilih pulang ke asrama untuk beristirahat sejenak, makan, dan sholat dzuhur. Namun tak sedikit santri pula yang memilih untuk makan bersama, seadanya di latar depan calon green house kami itu.
(5) Di hari berikutnya, kami memasuki tahap finishing. Mulai dari mengelem plastik UV yang dipasang di dinding green house, memaku bagian ujung-ujung atap green house, dan menyiram tanah green house agar tidak berdebu,dan berbagai pekerjaan yang lainnya.
Hari demi hari berlalu. Banyak kesibukan yang harus kami kerjakan setiap harinya. Dan di akhir pembuatan green house tersbut, kami harus segera berkonsentrasi memikirkan UAS. Dan sayangnya, setelah Ujian Akhir Semester tersebut telah telewati, liburan pun datang. Kami semua pulang kampung, dan semua berakhir dengan cukup mengenaskan. Green house itu sempat tidak terurus beberapa waktu. Sekitar satu bulan berlalu, green house itu tidak kami urus.
Dan akhirnya, setelah mulai KBM, dan ketika AKPIS pertanian sudah dimulai, green house akhirnya terurus kembali oleh tangan-tangan kami. Lahan dibersihkan, benih-benih disemaikan dalam ember-ember, tanah dibuat gundukan-gundukan yang memanjag untuk ditanami berbagai macam sayuran, lahan disiram dengan air agar tidak berdebu, dan lain sebagainya.
 

Blogger news

Blogroll

About