Selasa, 16 Desember 2014

Our Green House is Our Inspiration



                Bagi kami, adanya green house merupakan salah satu sarana untuk mendorong kami peduli akan tanaman dan alam sekitar. Dari green house pula, kami juga mampu mengembangkan hoby kami untuk menanam dan merawat tanaman, baik sayuran, buah-buahan, bunga, dan lain sebagainya. Green house pula membuat kami semakin mencintai tanaman, dan dapat melakukan berbagai penelitian tanaman didalamnya. Berbagai inspirasi juga kami temukan darinya. Apalagi banyak dari kami yang ingin sekali menjadi seorang ahli botani, herbalis, dan peneliti berbagai jenis tanaman.                                                                                             Dan akhirnya, sebuah Project Sains di pertengahan Semester kedua akhirnya berhasil dieksekusi. Salah satu project  Sains yang melibatkan banyak pihak ini, berhasil kami selesaikan pada bulan Juni 2014. Pembuatan Green House yang benar-benar hasil karya tangan-tangan kami sendiri memang membuat rasa kebahagian dan kebanggaan tersendiri. Pembuatannya pun membutuhkan persiapan yang sangatlah matang.
Mulai dari tahap yang paling utama, yaitu menyiapkan dana pembangunan, mendesain bentuk green huose, merencanakan segala alat dan bahan yang dibutuhkan, juga membagi tugas secara merata. Selanjutanya adalah tahap aksi, yang membutuhkan kerjasama yang kompak serta kekuatan fisik dan mental yang harus bisa diandalkan.                                                            
Hari pertama pembuatan green house, semua santri dikerahkan untuk membersihkan lahan yang akan digunakan. Rumput-rumput ilalang dimusnahkan. Sampah-sampah yang berserakan disapu dan dibakar hingga tak bersisa. Debu-debu yang bertebaran beberapa kali kami siram dengan air agar tidak semakin menjadi-jadi. Kekompakan itu membuahkan hasil. Walaupun sesekali, beberapa santri yang mungkin masih terbawa sifat keanak-kanaknya belum bisa diajak kerjasama sepenuhnya. Kami memaklumi itu. Namun, dalam seharian penuh itu, tampaklah perbedaan antara lahan yang sebelumnya tak terurus dengan usai kami bersihkan. 
(2)Hari kedua, beberapa santri mendapat tugas untuk memesan bambu yang merupakan bahan utama kerangka pembuatan green house kali ini. Sedangkan yang lain masih terus melanjutkan pekerjaan di lahan. Dan setelah itu, mulai mengakhirkan pembersihan lahan hingga sempurna, yang kemudian dilanjutkan pembuatan lubang-lubang yang akan digunakan sebagai pondasi tiang-tiang bambu utama green house.
Kedalaman lubang yang mencapai 50 cm atau 0,5 meter itu membuat tenaga kami terkuras lumayan banyak. Sehingga, semua santri memang benar-benar terlibat untuk bergliran membuat lubang pondasi. Ditambah pula lubang yang dibuat berjumlah sekitar 21 lubang, yang terdiri dari 12 lubang untuk bagian lorong green house, dan 9 lubang untuk bagian ruangan green house yang berbentuk persegi dibagian belakangnya. Sehingga hari itu juga, pembuatan lubang pondasi terselesaikan dengan sempurna.
 Hari itu, setelah pagi harinya puluhan bambu telah berhasil dipesan, siangnya pun diantar dengan mengguankan sebuah mobil bak menuju lokasi green house langsung. Dan untuk mempersingkat waktu, usai istirahat, sholat, dan makan siang, bambu-bambu tersebut mulai dirancang sebelum dipendam didalam tanah yang sudah kami gali dengan sekuat tenaga itu.
Awalnya, bagian ujung atas bambu dipahat menjadi sebuah lubang yang memanjang dari ujung menuju tengah bambu, yang ukurannya hanya sekitar 10 cm. Bambu yang akan ditancapkan ditengah dan dipojok ruangan dibedakan. Bambu untuk dipojok ruangan hanya dilubangi pada salah satu sisi saja, yang kemudian akan dihadapkan kearah bambu-bambu yang berjajar didiepannya.
Alat yang digunakan untuk melakukan berbagai pekerjaan itu, tidak semua kami memilikinya. Sehingga dengan dasar keberanian, beberapa dari kami meminjam alat-alat yang dibutuhkan kepada warga sekitar. Seperti pahat, cangkul, golok, gergaji, linggis, dan palu.  
Bambu tersebut terdiri dari dua jenis ukuran, yaitu 3,5 meter, 3 meter dan 2,5 meter. Sehingga ketika nantinya akan dipendam didalam tanah, masing-masing menjadi 3 meter, 2,5 meter dan 2 meter. Usai penambahan lubang dibagian ujung atas bambu, maka bambu- bambu tersebut mulai kami pendam dalam lubang yang sudah kami buat sebelumnya. Tanah-tanah yang terkumpul dari galian lubang, digunakan kembali untuk mengubur bambu hingga setengah meter. Untuk menguatkan bambu yang dipendam dalam tanah tersebut, maka ditambahkan dengan beberapa batu besar.
Perbedaan ukuran bambu diatas, dikarenakan bambu yang lebih panjang digunakan untuk bagian tengah green house yang dimaksudkan untuk atap green house agar menjadi landai antara bagian tengah dengan kanan kirinya. Sehingga ketika hujan turun, air yang jatuh ke atap bisa turun ke tanah.  
(3) Di hari berikutnya, hari ketiga semangat kami semakin berkobar. Tugas dihari itu adalah meletakkan bambu kerangka badan sekaligus atap green house yang utama setelah tiang-tiang bambu yang besar-besar itu. Pekerjaan kali ini benar-benar menantang kekompakan dan kecerdasan dalam menggunakan strategi yang tepat. Kami semua dikerahkan untuk membantu pekerjaan ini. Semua berjajar rapi dan mulai menggotong bambu yang panjangnya sekitar 7 meter itu. Beberapa ustadz yang sejak hari-hari sebelumnya menemani kami pun, juga ikut turun tangan dalam pekerjaan yang satu ini.
Beratnya sambungan beberapa bambu tersebut membuat kebanyakan dari kami mengangkat dari satu ujung bambu, ke ujung yang lain. Dua santri menaiki tangga yang diletakkan di tiang paling ujung batas dalam dan luar green house. Tugas mereka berdua adalah memastikan bambu yang akan diangkat bisa diletakkan tepat di ujung atas tiang. Dan yang lain ditengah-tengah menahan bambu yang akan diangkat agar tidak terjatuh atau patah karena banyaknya sambungan-sambungan dengan tali.   
Tugas selanjutnya adalah membelah-belah bambu menjadi belahan yang ukuran lebarnya  kurang lebih 5 cm. Dan panjangnya terdapat 2 jenis pula. Yang lebih pendek berukuran kurang lebih 2,5 meter untuk atap lorong green house, dan yang berukuran 5 meter untuk ruangan dalam green house. Belahan bambu-bambu tersebut digunakan sebagai kerangka atap green house, sebelum diberi plastik UV (Ultra Violet).
Setelah direncanakn secara matang, dua orang santri ditugaskan untuk membeli plastik UV di toko plastik. Pembelian plastik UV tersebut sudah diperkirakan dengan ukuran-ukuran yang sudah ditentukan, seperti 2×7 meter sebanyak 2 untuk bagian sisi kanan dan kiri lorong green house, ukuran 2,5×5 meter sebanyak 2 juga untuk bagian ruangan dalam green house. Begitu pula untuk bagian atap dan pintu green house, yang juga seluruhnya dibalut dengan plastik UV tersebut.
Cukup lama waktu yang diperlukan untuk membeli plastik UV. Berbagai hambatan didapatkan santri yang diberi tugas tersebut. Mulai toko yang belum sempurna diketahui lokasinya, beberapa jalan tanpa diketahui ditutup dan dialihkan, serta mensurvey dua toko yang menjual plastik UV sehingga bisa diketahui mana yang lebih murah dan lebih baik kualitasnya. Ditambah pula fakta bahwasannya lebar plastik yang yang terjual di toko plastik itu, tidak seperti yang kami rencanakan. Dan diluar dugaan kami, ternyata plastik yang kami beli sangatlah banyak, dan tak mampu dibawa oleh santri yang ditugaskan untuk beli karena hanya 2 orang. Tetapi keberuntungan memang sedang berpihak pada kami, salah satu karyawan di toko plastik tersebut mau mengantarkan plastik UV yang berat dan banyaknya tak pernah kami kira sebelumnya.
Ketika sore hari datang, kedua santri yang ditugaskan tersebut juga datang dengan membawa setumpuk plastik UV di jok tengah motor, dan membawa seorang karyawan dengan beberapa tumpuk plastik UV pula yang diletakkan di depan dan belakangnya.
Semua bersorak melihat keduanya datang membawa bahan utama pembuatan green house yang sejak tadi dinantikan. Bahan utama green house yang harganya sangat spesial. Lebih dari dua juta lima ratus ribu. 
(4) Hari keempat, pemasangan plastik UV dilanjutkan kembali. Semua bagian dinding green house diselimuti dengan plastik UV yang sudah dibeli kemarin siangnya. Pertama kali yang dipasang adalah bagian atap green house. Beberapa dari kami memanjat tangga bambu untuk memastikan pemasangan plastik tersebut tidak miring ataupun salah pemasangan. Setelah bagian atap, ada yang memasang di bagian kanan lorong green house, ada yang disebelah kirinya. Ada pula yang memasang dinding bagian belakang green hose, bagian pintu, bagian ruang dalam green house, dan sisi belokan green hose yang berbentuk huruf “L”.
Semua bekerja sama, dan tak ada yang menganggur serta bersantai-santai begitu saja. Hingga waktu siang tiba, kebanyakan memilih pulang ke asrama untuk beristirahat sejenak, makan, dan sholat dzuhur. Namun tak sedikit santri pula yang memilih untuk makan bersama, seadanya di latar depan calon green house kami itu.
(5) Di hari berikutnya, kami memasuki tahap finishing. Mulai dari mengelem plastik UV yang dipasang di dinding green house, memaku bagian ujung-ujung atap green house, dan menyiram tanah green house agar tidak berdebu,dan berbagai pekerjaan yang lainnya.
Hari demi hari berlalu. Banyak kesibukan yang harus kami kerjakan setiap harinya. Dan di akhir pembuatan green house tersbut, kami harus segera berkonsentrasi memikirkan UAS. Dan sayangnya, setelah Ujian Akhir Semester tersebut telah telewati, liburan pun datang. Kami semua pulang kampung, dan semua berakhir dengan cukup mengenaskan. Green house itu sempat tidak terurus beberapa waktu. Sekitar satu bulan berlalu, green house itu tidak kami urus.
Dan akhirnya, setelah mulai KBM, dan ketika AKPIS pertanian sudah dimulai, green house akhirnya terurus kembali oleh tangan-tangan kami. Lahan dibersihkan, benih-benih disemaikan dalam ember-ember, tanah dibuat gundukan-gundukan yang memanjag untuk ditanami berbagai macam sayuran, lahan disiram dengan air agar tidak berdebu, dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About